Mengenai Saya

Foto saya
Bogor, Jawa Barat, Indonesia
just an ordinary girl with complicated mind.
Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Pengikut

Jumat, 06 Juli 2012

Autisme Tidak Terikat IQ

Menurut penelitian 1,1% dari jumlah manusia menyandang autisme dalam taraf dan jenis yang sangat bervariasi.
 
Pada awal tahun pelajaran baru di Belanda, kelainan ini pada anak-anak kembali ramai dibicarakan. Tidak semua sekolah biasa bersedia menerima murid autist. Memang ada sekolah khusus untuk anak-anak ini, namun Himpunan Autisme Belanda Nederlandse Vereniging voor Autisme(NVA) mendesak agar anak-anak ini, sedapat mungkin bersekolah di sekolah biasa. Berikut penjelasan Marjolijn Busman, jurubicara NVA.
Autisme adalah gangguan pada otak, otak sulit menangkap sinyal atau informasi dari luar. Sinyal atau informasi dari luar masuk melalui indera kita seperti mata dan telinga. Seorang autist menangkap atau mencerna sinyal-sinyal dari luar, secara terpisah-pisah. Dia tidak bisa mengaitkan satu dengan lainnya, ia juga tidak mengerti sebab akibat. Ini membuatnya sulit berfungsi dengan baik dalam kelompok atau masyarakat.
Autisme tidak terikat IQ. Gejala ini bisa muncul pada berbagai tingkat kecerdasan. Autisme juga bisa diidap oleh penyandang cacad, tapi seorang dengan IQ tinggi juga bisa autist, ini biasanya digolongkan syndroom Asperger. Orang dengan syndrom itu biasanya sulit dalam berkontak sosial, bidang yang diminatinya umumnya sangat terbatas. Tidak jarang orang semacam itu justru sangat cerdas, tapi agak aneh.
Sekolah Bersama
Sudah sementara lama di Belanda berlangsung proyek “sekolah bersama”. Maksudnya: sekolah biasa pun terbuka untuk anak-anak dengan kelainan, sejauh tingkat kecerdasan anak itu memungkinkan ia ke sekolah biasa.
NVA berpendapat sekolah biasa lebih baik daripada sekolah luar biasa bagi anak-anak autist, dengan syarat, kecerdasan mereka cukup untuk bisa mengikuti pelajaran di sana. Namun sekolah luar biasa, khusus untuk anak-anak autist harus tetap dipertahankan bagi mereka yang tidak bisa ke sekolah biasa.
Seorang murid autis harus belajar, untuk belajar. Guru harus membimbingnya untuk bisa belajar. Berarti sekolah yang menerima murid-murid autis harus menyediakan bimbingan tambahan. Seorang murid autist akan membutuhkan banyak waktu, banyak tenaga dan banyak perhatian si guru. Berhasil atau gagalnya murid autist di sekolah biasa, sangat tergantung dari guru. Guru yang waspada segera melihat tanda-tanda autisme.
Bisa Berkembang Baik
Anak autist bisa berkembang baik bila gejala ini dideteksi sedini mungkin. Menurut Marjolijn Busman dari NVA: “Guru bisa memegang peranan kunci. Dialah yang tiap hari melihat si anak. Kadang-kadang orang tua tidak melihat, apalagi kalau itu anak pertama. Bisa jadi mereka melihat ada keanehan pada anaknya tapi tidak tahu bahwa itu gejala autist. Orang tua tidak punya bahan perbandingan, lain halnya dengan guru, yang tiap hari melihat begitu banyak anak”.
Seringkali gejala autist disertai kesulitan kontak dengan anak atau orang lain. Di rumah bersama orang tua, anak autist itu sendirian, dia pendiam, manis dan orang tua mengira, wah anak saya manis betul, anteng. Masalah baru muncul ketika anak itu harus terjun ke dunia luar, ke sekolah, berkenalan dan bermain dengan anak-anak lain. Bila si anak melihat permainan ia tidak tahu harus berbuat apa. Nah, seorang guru harus sensitif dan langsung melihat gejala ini, namun lebih baik lagi bila orang tua sendiri yang melihatnya.
Sekolah biasa lebih baik
Karena jalur sekolah luar biasa mendorong si anak di jalur khusus, dengan demikian berbagai kemungkinan sudah tertutup bagi si anak itu. Padahal belum tentu ia tidak mampu. Masa depan baik! Itulah yang ingin ditawarkan pada setiap murid.
Di Belanda ada sistem angka, sesuai kesulitan atau beban pekerjaan bagi para guru yang berkaitan dengan anggaran belanja sekolah. Beban pekerjaan menentukan jumlah anggaran untuk sekolah itu. Makin tinggi beban pekerjaan makin tinggi pula anggarannya. Dengan anggaran tambahan, sekolah bisa mempekerjakan tenaga tambahan atau tenaga guru khusus untuk memberi bimbingan tambahan.
Yang dibutuhkan seorang autist
Anak autist butuh struktur jelas, mereka harus tahu terlebih dulu apa yang akan dilakukan dan kapan. Jadwal yang pasti, tidak berubah-ubah. Mereka juga akan bingung bila mendengar ucapan sinis. Itu adalah hal-hal yang harus disadari oleh guru dan juga teman-teman si murid itu.
Misalnya ulangan dapat angka 3 kemudian dikatakan: “Hebat kamu” sambil mengacungkan jempol, tapi mencibir. Hal itu membingungkannya. Dia tidak mengerti. Membaca mimik wajah sulit bagi seorang autist. Hal-hal semacam itu yang harus disadari.
Juga orang dewasa
Autisme bukan gejala yang berlalu, berarti banyak pula orang dewasa yang autist. Marjolijn Busman mengatakan: “Memang banyak orang autist, juga orang dewasa. Kami sering melihat, pada saat anak didiagnonse autist orang tuanya mengenali hal-hal tertentu si ayah”
Kebanyakan autist adalah laki-laki. Pada saat anak didiagnose autistis, maka sering kali orang tuanya mengenali sesuatu pada diri mereka. Keganjilan pada anak yang ditemukan itu menjelaskan berbagai hal pada orang tuannya. Tidak jarang pasangan mulai menyadari penyebab hubungan suami istri tidak harmonis, ternyata karena si suami itu seorang autist.
Keluhan yang paling sering terdengar adalah istri mengeluh suaminya tidak punya emosi, kurang perasaan. Memang, jelas Marjolein, sering laki-laki disebut kurang perasaan, tapi pria autis dengan pria biasa jauh berbeda.

Sumber : http://www.rnw.nl

0 komentar: