EKOSISTEM
TERESTRIAL
Aldha Rizki Utami1), Gita
Najla Aldila1), Arman Gaffar1), Rima Suciyani1),
Azkiya Banata1), Annisa Maulida1), Udi Rafiudin1)
Mardiansyah, M.Si2), Dina Anggraini, S.Si2)
Tubagus Muhammad Ishak3)
1)Mahasiswa Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2)Dosen Praktikum Ekologi Terestrial
3)Assisten Praktikum Ekologi Terestrial
3 April 2013
ABSTRACT
Ecosystem is a system ecology formed by a reciprocal
relation between organisms with their environment. Purpose of lab work this is
to know components making up ecosystem terrestrial and observe the relation
between each components making up ecosystem terrestrial. Expected students can
observe ecosystem terrestrial located around the campus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Based on the science which has learned expected student can
understand ecosystem terrestrial around which is early learning ecology is
extremely important. Lab work is done by method of analysis vegetation in two
ecosystem different namely grass ecosystem and
ecosystem konblok road. Researchers 5 make a plot
and each plot will be processed light intensity to lux meters, identify plants,
counting the tufted herbs and computes the total individual plants. Discussed
in lab work this is influence luminous intensity against wealth tufted herbs
and sorts of crops are predominant. Conclusion of lab work this is components
making up ecosystem is the factor biotic (manufacturers, consumers and
dekomposer) and ( temperature, sunlight, oxygen, moisture, ph dirt ). All of the components the interact and connect
form their own ecosystem terrestrial, components ecosystem terrestrial
intensely affecting the ecosystem
Key word : Terrestrial ecology, terrestrial ecosystems
ABSTRAK
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengetahui komponen-komponen penyusun ekosistem terestrial dan
mengamati hubungan antara masing-masing komponen penyusun ekosistem terestrial.
Diharapkan mahasiswa dapat mengamati ekosistem terestrial yang berada di
sekitar lingkungan kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah. Berdasarkan ilmu yang
telah dipelajari diharapkan mahasiswa dapat memahami ekosistem terestrial
sekitar yang merupakan awal pembelajaran ekologi yang sangat penting. Praktikum
ini dilakukan dengan metode analisis vegetasi di dua ekosistem yang berbeda,
yaitu ekosistem rerumputan dan ekosistem jalan konblok. Praktikan membuat 5
plot dan masing-masing plot akan dihitung intensitas cahayanya dengan lux
meter, mengidentifikasi tumbuhan, menghitung jumlah jenis tumbuhan dan
menghitung jumlah individu tumbuhan. Yang dibahas dalam paraktikum ini adalah
pengaruh intensitas cahaya terhadap kekayaan jenis tumbuhan dan jenis tumbuhan
yang dominan. Kesimpulan dari praktikum ini adalah komponen penyusun ekosistem
adalah faktor biotik (produsen, konsumen dan dekomposer) dan abiotik (suhu,
cahaya matahari, oksigen, kelembaban, pH tanah). Semua komponen tersebut
berinteraksi dan saling terhubung membentuk ekosistem terestrial, komponen
ekosistem terestrial sangat mempengaruhi ekosistem tersebut
Kata kunci : Ekologi terestrial, ekosistem terestrial
PENDAHULUAN
Ekosistem adalah suatu
sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. (Resosoedarmo, Kartawinata, Sugiarto, 1985) Ekosistem
tidak akan tetap selamanya, tapi selalu mengalami perubahan. Antara faktor
abiotik dan biotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang merupakan salah
satu perubahan. Ekosistem dibedakan menjadi ekosistem terestrial dan ekosistem
perairan. Kali ini yang diamati adalah ekosistem terestrial yaitu ekosistem
yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis
lintangnya), ekosistem terestrial dibedakan menjadi beberapa bioma yaitu bioma
gurun, bioma padang rumput, bioma hutan tropis, bioma tundra, bioma taiga dan bioma hutan gugur.
Suatu ekosistem terestrial
diberi nama berdasarkan ciri-ciri umumnya dan vegetasi yang dominan. Vegetasi
adalah istilah umum yang digunakan untuk semua tanaman yang terdapat dalam
suatu tempat dengan segala sifat dan karakteristiknya. Jenis dan komposisi
tumbuhan tergantung faktor abiotik yang mendukung kehidupan tumbuhan tersebut.
Diharapkan mahasiswa dapat mengamati ekosistem
terestrial yang berada di sekitar lingkungan kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah.
Berdasarkan ilmu yang telah dipelajari diharapkan mahasiswa dapat memahami
ekosistem terestrial sekitar yang merupakan awal pembelajaran ekologi yang
sangat penting.
Praktikum kali ini
bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen penyusun ekosistem terestrial dan
mengamati hubungan antara masing-masing komponen penyusun ekosistem.
MATERI
DAN METODE
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal
27 Maret 2013 di lingkungan sekitar Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Metode yang digunakan adalah analisis vegetasi. Pengamatan
dilakukan di dua ekosistem yang berbeda yaitu ekosistem rerumputan dan
ekosistem konblok. Tiga kelompok mengamati ekosistem rerumputan dan dua
kelompok mengamati ekosistem konblok.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tali
rafia, plastik sampel, roll meter, patok atau kayu, lux meter, dan alat tulis
untuk mencatat data.
Bahan yang digunakan
meliputi faktor biotik dan abiotik yang akan diukur.
Prosedur Kerja
Pertama yang dilakukan
adalah ditentukan lokasi sampling (rerumputan, konblok). Lalu dipilih pohon
dengan kanopi yang baik yaitu pohon dengan persentase kerimbunan yang tinggi.
Diletakkan kuadrat yang
berukuran 0.5 x 0.5 m dengan jarak 0, 1, 2 , 3, 4 dan 5 meter dari pohon dan
setiap plot diberi tanda. Kemudian diidentifikasi, diamati dan dicatat jenis
dan jumlah tumbuhan yang ada di kuadrat. Jika belum bisa teridentifikasi
diambil tumbuhan itu lalu dimasukkan ke dalam plastik sampel dan diberi label
Sp 1, 2 dan seterusnya. Ditanyakan kepada dosen atau assisten tentang tumbuhan
yang belum teridentifikasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran faktor fisik yaitu
intensitas cahaya menggunakan lux meter pada masing-masing kuadrat.
Terakhir yaitu mengukur
lebar kanopi pada pohon dengan menggunakan rollmeter. Lalu dicatat lebar kanopi
pohon tersebut.
Analisis Data
Pada praktikum ini data yang didapatkan disajikan
dalam bentuk grafik dan tabel. Analisis data yang digunakan untuk menghitung
indeks Kekayaan Jenis / Indeks Margalef.
Rumus Indeks Margalef
D = (S -1)/ ln N
Keterangan : D = Indeks Margalef
S = Jumlah seluruh jenis yang
ditemukan tiap kuadrat
N = Jumlah individu seluruh jenis
yang ditemukan di tiap kuadrat
HASIL
Praktikum ini mendapatkan
hasil yang disajikan dalam bentuk grafik dan tabel sebagai berikut.
Gambar 1. Histogram Jumlah Individu
pada Setiap Jenis Tumbuhan
Berdasarkan Gambar 1. Diagram Jumlah Individu pada
Setiap Jenis Tumbuhan, tumbuhan yang paling dominan adalah Poaceae dengan julah
individu 1007. Sedangkan yang paling sedikit adalah Angsana
(Papilionaceae) dengan jumlah individu 1. Terbanyak kedua adalah tumbuhan
Asteraceae sebanyak 82 individu, terbanyak ketiga adalah tumbuhan gulma
(Graminaceae) dengan jumlah individu 42, terbanyak keempat adalah tumbuhan
semanggi (Marciliaceae) dengan jumlah individu 38, terbanyak kelima adalah
tumbuhan Sp 1 dengan jumlah individu 25, terbanyak keenam adalah tumbuhan
Amarantaceae dengan jumlah individu 20, terbanyak ketujuh adalah tumbuhan
Cyperaceae dengan jumlah individu 17. Tumbuhan yang tidak dominan kedua adalah
Sp 2 dengan jumlah individu 4.
Gambar 2. Kurva Hubungan Intensitas
Cahaya dengan Indeks Margalef
Berdasarkan Gambar 2. Hubungan Intensitas Cahaya
dengan Indeks Margalef terlihat bahwa pada Plot 0 dengan Indeks Margalef
1,93839 menunjukkan grafik yang tertinggi dengan intensitas cahaya pada Plot 0
sebesar 10,556 Klx. Sedangkan pada Plot 3 dengan Indeks Margalef sebesar 1,14123 menunjukkan grafik yang terendah
dengan intensitas cahaya 15,57 Klx.
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini mengamati
ekosistem terestrial dan menghasilkan data-data yang diambil secara langsung di
lapangan dan dapat dilihat secara lengkap pada hasil dan lampiran. Data-data
yang diperoleh disajikan dalam bentuk grafik dengan menggambarkan perbandingan
atau hubungan faktor abiotik dan biotik yang saling berinteraksi membentuk
ekosistem.
Praktikum ini mengambil 2
titik sampling yaitu ekosistem rumput yang berada di sekitar PLT UIN Syarif
Hidayatulah Jakarta dan ekosistem jalan konblok yang berada di sekitar
parkiran.
Kemudian dilakukan
analisis vegetasi pada kelima plot, pengukuran faktor abiotik yaitu intensitas
cahaya dan penghitungan Indeks Margalef/ Dominansi Jenis.
Komponen Penyusun Ekosistem
Terrestrial
Ekosistem tersusun atas 2 komponen, yaitu komponen
yang terdiri atas komponen makhluk hidup (komponen biotik) dan komponen yang
terdiri atas benda mati (komponen abiotik).
1. Komponen Biotik
Komponen biotik merupakan komponen- komponen yang
terdiri atas makhluk hidup, yang meliputi :
a. Produsen
Adapun yang dimaksud produsen, yaitu organisme
yang mampu menyintesis makanan atau zat organik sendiri dari zat anorganik atau
bersifat autotrof. Organisme yang mampu menyintesis makanan sendiri adalah
tumbuhan hijau. Tumbuhan hijau yang memiliki klorofil atau zat hijau daun
dengan bantuan sinar matahari mampu melakukan fotosintesis. Reaksi fotosintesis
adalah sebagai berikut.
6H2O + 6CO2 dengan bantuan (Sinar matahari dan
klorofil) C6H12O6 (amilum) + 6O2
Dalam reaksi tersebut tumbuhan menggunakan cahaya
matahari sebagai sumber energi dalam proses sintesa makanannya, sehingga
tumbuhan hijau disebut juga organisme fotoautotrof.
b. Konsumen
Semua organisme yang termasuk konsumen bersifat
heterotrof, karena tidak mampu menyintesis zat organik sendiri. Konsumen
menggantungkan hidupnya dari zat-zat organik yang dihasilkan oleh produsen.
Berdasarkan jenis makanannya konsumen terdiri atas:
1) Herbivora
Merupakan organisme pemakan tumbuh-tumbuhan.
Contohnya adalah sapi dan kerbau.
2) Karnivora
Merupakan organisme yang makanannya berupa daging.
Contohnya adalah harimau, kucing, dan serigala.
3) Omnivora
Merupakan organisme pemakan segalanya. Contohnya
manusia.
c. Pengurai atau dekomposer
Merupakan organisme yang menguraikan bahan organik
yang berasal dari organisme yang telah mati. Organisme yang termasuk pengurai
adalah bakteri dan jamur.
2. Komponen Abiotik
Komponen abiotik adalah semua faktor penyusun
ekosistem yang terdiri dari benda-benda mati, antara lain oksigen, kelembapan
dan suhu, air dan garam mineral, cahaya matahari, dan tingkat keasaman tanah
atau pH tanah.
a. Oksigen
Semua makhluk hidup dalam ekosistem membutuhkan
oksigen untuk respirasi atau pernapasan. Dengan adanya oksigen, zat organik
yang ada dalam tubuh akan dioksidasi untuk menghasilkan energi untuk tetap bisa
bertahan hidup.
b. Kelembapan dan suhu
Kelembapan dan suhu juga sangat memengaruhi
keberadaan suatu organisme dalam suatu ekosistem. Kelembapan dan suhu
berpengaruh terhadap hilangnya air yang terjadi melalui penguapan. Setiap
organisme memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap suhu dan kelembapan.
Pernahkah kalian mengamati habitat jamur dan lumut? Jamur dan lumut hanya mampu
bertahan pada habitat yang memiliki kelembapan tinggi dan tak mampu hidup pada
daerah yang panas. Suhu terendah yang masih memungkinkan organisme hidup
disebut sebagai suhu minimum. Suhu yang paling sesuai dan mendukung kehidupan
untuk organisme disebut sebagai suhu optimum, sedangkan suhu tertinggi yang
masih dapat ditoleransi atau memungkinkan organisme hidup disebut sebagai suhu
maksimum.
c. Air dan garam mineral
Air merupakan penyusun tubuh setiap makhluk hidup.
Sebagian besar tubuh tersusun oleh air, sehingga begitu pentingnya air bagi
metabolisme kehidupan makhluk hidup. Fungsi air dalam tubuh antara lain sebagai
zat pelarut dalam tubuh serta membantu metabolisme dalam tubuh. Selain itu,
baik hewan maupun tumbuhan juga memerlukan garam-garam mineral. Meskipun jumlah
yang dibutuhkan sedikit, namun harus ada karena tak bisa diganti oleh zat yang
lain. Contohnya tumbuhan memerlukan zat besi (Fe) untuk pembentukan klorofil.
Meskipun jumlahnya sedikit jika tidak ada maka klorofil tidak akan terbentuk,
atau tumbuhan tersebut akan mengalami klorosis.
d. Cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi dari semua
organisme yang ada.
e. Tingkat keasaman atau Ph tanah
Tumbuhan hanya bisa hidup normal dalam suasana
tanah yang tidak begitu asam dan basa atau dalam keadaan netral atau Ph 7.
Apabila tanah terlalu asam (Ph kurang 7) atau terlalu basa (Ph lebih 7)
pertumbuhannya akan terganggu.
Semua komponen tersebut berinteraksi dan saling
terhubung membentuk ekosistem terestrial, komponen ekosistem terestrial sangat
mempengaruhi ekosistem tersebut. Jika salah satu hilang atau bermasalah pasti
akan mengubah atau menghilangkan ekosistem tersebut.
Famili Tumbuhan Dominan
Berdasarkan Gambar 1. Jumlah Individu pada Setiap
Jenis Tumbuhan terlihat bahwa jenis tumbuhan yang dominan pada seluruh plot
adalah jenis tumbuhan Famili Poaceae dengan jumlah individu 1007 dan jumlah
yang paling sedikit adalah tumbuhan Angsana (Papilionaceae) dengan jumlah
individu 1.
Faktor-faktor abiotik yang
mempengaruhi ekosistem antara lain tanah, kelembaban udara, kecepatan angin,
intensitas cahaya dan suhu tanah. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh
terhadap kehidupan organisme yang ada dalam ekosistem tersebut. Terlihat juga
pada tempat terang dan gelap memiliki perbedaan secara abiotik yang
mempengaruhi jenis dan banyaknya spesies. Pada tempat terang yang letaknya jauh
dari kanopi intensitas cahaya lebih besar dibandingkan di tempat gelap yang
ternaungi oleh kanopi pohon. Pada tempat terang didominasi oleh rumput-rumputan
(Poaceae) seperti rumput gajah atau rumput teki karena rumput-rumputan ini
memiliki laju transpirasi yang tinggi sehingga banyak ditemukan di tempat yang
letaknya agak jauh dari kanopi. Tumbuhan Poaceae ini tumbuh liar pada berbagai
macam tanah dan besarnya intersepsi cahaya mulai dari tempat terbuka hingga
teduh, dan dari kondisi tanah lembab hingga kering. Rumput merupakan tumbuhan
yang dapat tumbuh dan hidup hampir di
seluruh derah terbuka atau terlindung baik tropis maupun sub tropis. Rumput
mempunyai ciri tumbuh berumpun dan jarang soliter. Batang pada permukaan tanah
merayap, beruas, stolon di bawah permukaan tanah menjalar, bagian dalam batang
berongga atau masif, tidak berkayu, pada ruas-ruas sering tumbuh akar; daunnya
tuunggal, tersebar berseling, bentuknya bulat memanjang, lanset atau pita,
tulang daun sejajar, permukaannya kadang-kadang berbulu, berpelepah semu, bunga
majemuk, bulit, tandan atau malai, umumnya teerminal. Benang sari umumnya berjumlah
3 (Backer dan Backuizen van den Brink, 1968).
Tumbuhan yang jumlah
individunya paling sedikit adalah tumbuhan famili Papilionaceae yaitu Angsana (Pterocarpus indicus). Papilionacea
tumbuh sebagai semak, perdu atau pohon. Daun berseling atau tersebar, tunggal
atau majemuk; daun penumpu ada. Buunga berkelamin dua, dalam karangan yang
berbeda-beda, kerapkali zygomorf menyolok; kelopak bersatu. Mahkota hampir
selalu bentuk kupu-kupu. Daun mahkota kebanyakan 5, lepas atau hampir lepas;
dua yang terbawah bersama-sama membentuk tuna, kerapkali berlekaran satusama
lain, diapit antara 2 sayap disebelahnya; daun mahkota teratas, dalam periode
tunas membungkus yang lain. Benang sari kebanyakan 10, kerapkali 9 bersatu dan
1 lepas, jarang lebih dari 1 lepas; ruang sari 2. Bakal buah menumpang, beruang
1. Polongan membuka atau patah dalam ruas; biji 1 atau banyak (Steenis, 1978).
Papilionaceae menyukai tempat yang terbuka dan tumbuh baik pada dataran rendah
hingga ketinggian ± 200 m dpl. Pada ketinggian di atsa 200 m walaupun dapat
hidup tapi pertumbuhannya kurang baik (Heyne, 1987). Tumbuhan Angsana ini
habitatnya di hutan tropis sehingga tumbuhan ini tidak dapat tumbuh baik di
ekosistem rerumputan atau ekosistem jalan konblok.
Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap
Kekayaaan Jenis Tumbuhan / Indeks Margalef
Ekosistem terdapat suatu
hubungan antara komponen biotik dan abiotik sangat kuat. Contohnya tumbuhan
membutuhkan cahaya matahari untuk proses fotosintesis.
Berdasarkan hasil
pengamatan dan Gambar 2. Kurva Hubungan Intensitas Cahaya dengan Indeks
Margalef, intensitas cahaya sangat mempengaruhi kekayaan jenis tumbuhan di
suatu tempat. Semakin tinggi intesitas cahaya pada suatu tempat maka akan
mempekaya jenis tumbuhan yang ada di tempat tersebut. Karena cahaya merupakan
faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis pada tumbuhan, sementara
fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses
metabolisme yang lain di dalam tanam (Kramer dan Kozlowski, 1979).
Tetapi setiap tanaman atau
jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadap cahaya matahari. Ada
tanaman yang tumbuh baik di tempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang
dapat tumbuh baik pada tempat teduh/ bernaungan. Ada pula tanaman yang
memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. Pada
waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan menjelang
sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi (Soekotjo, 1976).
Banyak spesies memerlukan
naungan pada awal pertumbuhannya, walaupun dengan bertambahnya umur naungan
dapat dikurangi secara bertahap. Beberapa spesies yang berbeda mungkin tidak
memerlukan naungan dan yang lain mungkin memerlukan naungan mulai awal pertumbuhannya.
Pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan semai-semai yang
berkualitas.
Pada praktikum ini lebar
kanopi yang telah dikur dengan rollmeter pada lebar bagian kanan adalah 6,1
meter dan bagian kiri adalah 4,5 meter. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
kanopi pohon juga mempengaruhi intensitas cahaya yang diterima oleh tumbuhan,
karena tumbuhan yang berada di bawah naungan kanopi akan lebih sedikit menerima
cahaya matahari yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Sedangkan tumbuhan yang
jaraknya jauh dari kanopi akan mendapatkan cahaya matahari yang lebih banyak
karena cahaya tidak terhalangi oleh kanopi pohon.
Kekayaan jenis yang dihitung menggunakan Indeks
Margalef yang tertinggi yaitu pada plot 0 dengan indeks Margalef sebesar 1,938391
dan yang intensitas cahayanya cukup yaitu 10,556 Klx. Hal ini mungkin karena
kekayaan jenis tumbuhan pada plot 0 yang didominasi atau banyak dijumpai
tumbuhan yang tidak terlalu tahan dengan intensitas cahaya matahari yang
tinggi, tumbuhan pada plot 0 ditumbuhi oleh tumbuhan yang membutuhkan
intensitas cahaya matahari yang cukup. Tetapi pada Plot 5 yang jaraknya 5 meter
dari kanopi dan mendapatkan intensitas cahaya matahari yang tertinggi yaitu,
indeks Margalefnya sebesar 1,83903 dengan intensitas cahaya matahari 34,844 Klx.
Pada plot 5 didominasi tumbuhan rerumputan (Poaceae) yang memiliki laju transpirasi yang tinggi sehingga banyak ditemukan
di tempat yang letaknya agak jauh dari kanopi. Kekayaan jenis tumbuhan di Plot
5 memiliki indeks Margalef yang lebih rendah dari Plot 0 karena jumlah jenis
tumbuhan yang tumbuh tidak sebanyak jenis tumbuhan di Plot 0
Kesimpulan dari praktikum ini adalah komponen
penyusun ekosistem adalah faktor biotik (produsen, konsumen dan dekomposer) dan
abiotik (suhu, cahaya matahari, oksigen, kelembaban, pH tanah). Semua komponen
tersebut berinteraksi dan saling terhubung membentuk ekosistem terestrial,
komponen ekosistem terestrial sangat mempengaruhi ekosistem tersebut.
ACKNOWLEDGEMENT
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan praktikum ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Mardiansyah, M.Si dan Dina Anggraini, S.Si selaku
dosen yang telah membimbing saya dalam praktikum ini, serta Herwandi selaku
assisten dan kepada Azkya, Rima, Annisa, Gita, Arman dan Udi yang telah
membantu praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A. dan R.C Bakhuizen van
den Brink Jr. 1968. Flora of Java.
Vol III. Groningen: Wolter Noordhof.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Yayasan
Sarana Warna Jaya, Jakarta.
Kramer, P.J and Kozlowski, T.T. ,1960. Physiology of Trees. Academic Press, Inc. Florida.
Resosoedarmo, R.S 1985. Pengantar Ekologi. Remaja Karya,
Bandung.
Sastrapradja, Setijati dkk. 1977. Kayu Indonesia. Bogor; LBN-LIPI; LBN 14,
SDE 55. Proyek Sumber Daya Ekonomi.
Soekotjo, W. 1976. Silvika. Proyek Peningkatan/Pengembangan
Perguruan
Tinggi. Fakultas Kaehutanan IPB. Bogor.
LAMPIRAN
Tabel 1. Jumlah Individu Tumbuhan Pada Setiap Plot
Plot
|
Jenis
|
Jumlah individu
|
P0
|
Angsana (seedling)
|
1
|
P0
|
Asteraceae
|
2
|
P0
|
Gulma 1
|
4
|
P0
|
Poaceae
|
1
|
P0
|
Poaceae 2
|
37
|
P0
|
Amarantaceae
|
1
|
P0
|
Poaceae
|
1
|
P0
|
Gulma
|
1
|
P0
|
Amarantaceae
|
1
|
P0
|
Amarantaceae
|
1
|
P0
|
Asteraceae
|
10
|
P0
|
Sp1
|
1
|
P0
|
Asteraceae 3
|
1
|
P1
|
gulma 2
|
1
|
P1
|
Amarantaceae
|
1
|
P1
|
Asteraceae
|
2
|
P1
|
Poaceae 2
|
42
|
P1
|
Poaceae (Gajah)
|
28
|
P1
|
Asteraceae
|
9
|
P1
|
Sp1
|
1
|
P1
|
Cyperaceae
|
9
|
P2
|
Poaceae 1
|
3
|
P2
|
Poaceae 2
|
2
|
P2
|
Poaceae
|
3
|
P2
|
Asteraceae
|
2
|
P2
|
Amarantaceae
|
2
|
P2
|
Gulma
|
5
|
P2
|
Amarantaceae
|
5
|
P2
|
Semanggi
|
2
|
P2
|
Poaceae 2
|
83
|
P2
|
Asteraceae
|
2
|
P2
|
Gulma 1
|
6
|
P2
|
Poaceae (Gajah)
|
81
|
P2
|
Cyperaceae
|
7
|
P2
|
Asteraceae
|
2
|
P3
|
Poaceae 1
|
3
|
P3
|
Poaceae
|
3
|
P3
|
Soncus
|
10
|
P3
|
Semanggi
|
10
|
P3
|
Asteraceae
|
2
|
P3
|
Semanggi
|
4
|
P3
|
Poaceae 2
|
63
|
P3
|
Poaceae (Gajah)
|
97
|
P4
|
Poaceae 1
|
2
|
P4
|
Poaceae 2
|
130
|
P4
|
Gulma 2
|
3
|
P4
|
Soncus
|
7
|
P4
|
Semanggi
|
20
|
P4
|
Poaceae
|
4
|
P4
|
Asteraceae
|
10
|
P4
|
Amarantaceae
|
7
|
P4
|
Poaceae 2
|
37
|
P4
|
Asteraceae
|
2
|
P4
|
Sp1
|
1
|
P4
|
Cyperaceae
|
1
|
P4
|
Poaceae (Gajah)
|
66
|
P5
|
Asteraceae
|
9
|
P5
|
Poaceae 1
|
20
|
P5
|
Gulma 2
|
20
|
P5
|
Semanggi
|
2
|
P5
|
SP 1
|
22
|
P5
|
Poaceae
|
9
|
P5
|
Poaceae 2
|
188
|
P5
|
Asteraceae 2
|
2
|
P5
|
SP 2
|
4
|
P5
|
Asteraceae
|
10
|
P5
|
Semanggi
|
2
|
P5
|
Amarantaceae
|
2
|
P5
|
Gulma 2
|
2
|
P5
|
Poaceae 2
|
91
|
P5
|
Poaceae
|
2
|
P5
|
Poaceae
|
2
|
P5
|
Poaceae (Gajah)
|
9
|
Total
|
1238
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar