Menurut penelitian 1,1% dari jumlah manusia menyandang autisme dalam taraf dan jenis yang sangat bervariasi.
Pada
awal tahun pelajaran baru di Belanda, kelainan ini pada anak-anak
kembali ramai dibicarakan. Tidak semua sekolah biasa bersedia menerima
murid autist. Memang ada sekolah khusus untuk anak-anak ini, namun
Himpunan Autisme Belanda Nederlandse Vereniging voor Autisme(NVA)
mendesak agar anak-anak ini, sedapat mungkin bersekolah di sekolah
biasa. Berikut penjelasan Marjolijn Busman, jurubicara NVA.
Autisme adalah gangguan pada otak, otak sulit menangkap sinyal atau
informasi dari luar. Sinyal atau informasi dari luar masuk melalui
indera kita seperti mata dan telinga. Seorang autist menangkap atau
mencerna sinyal-sinyal dari luar, secara terpisah-pisah. Dia tidak bisa
mengaitkan satu dengan lainnya, ia juga tidak mengerti sebab akibat. Ini
membuatnya sulit berfungsi dengan baik dalam kelompok atau masyarakat.
Autisme
tidak terikat IQ. Gejala ini bisa muncul pada berbagai tingkat
kecerdasan. Autisme juga bisa diidap oleh penyandang cacad, tapi seorang
dengan IQ tinggi juga bisa autist, ini biasanya digolongkan syndroom
Asperger. Orang dengan syndrom itu biasanya sulit dalam berkontak
sosial, bidang yang diminatinya umumnya sangat terbatas. Tidak jarang
orang semacam itu justru sangat cerdas, tapi agak aneh.
Sekolah Bersama
Sudah sementara lama di Belanda berlangsung proyek “sekolah bersama”.
Maksudnya: sekolah biasa pun terbuka untuk anak-anak dengan kelainan,
sejauh tingkat kecerdasan anak itu memungkinkan ia ke sekolah biasa.
NVA
berpendapat sekolah biasa lebih baik daripada sekolah luar biasa bagi
anak-anak autist, dengan syarat, kecerdasan mereka cukup untuk bisa
mengikuti pelajaran di sana. Namun sekolah luar biasa, khusus untuk
anak-anak autist harus tetap dipertahankan bagi mereka yang tidak bisa
ke sekolah biasa.
Seorang murid autis harus belajar, untuk
belajar. Guru harus membimbingnya untuk bisa belajar. Berarti sekolah
yang menerima murid-murid autis harus menyediakan bimbingan tambahan.
Seorang murid autist akan membutuhkan banyak waktu, banyak tenaga dan
banyak perhatian si guru. Berhasil atau gagalnya murid autist di sekolah
biasa, sangat tergantung dari guru. Guru yang waspada segera melihat
tanda-tanda autisme.
Bisa Berkembang Baik
Anak autist bisa berkembang baik bila gejala ini dideteksi sedini
mungkin. Menurut Marjolijn Busman dari NVA: “Guru bisa memegang peranan
kunci. Dialah yang tiap hari melihat si anak. Kadang-kadang orang tua
tidak melihat, apalagi kalau itu anak pertama. Bisa jadi mereka melihat
ada keanehan pada anaknya tapi tidak tahu bahwa itu gejala autist. Orang
tua tidak punya bahan perbandingan, lain halnya dengan guru, yang tiap
hari melihat begitu banyak anak”.
Seringkali gejala autist
disertai kesulitan kontak dengan anak atau orang lain. Di rumah bersama
orang tua, anak autist itu sendirian, dia pendiam, manis dan orang tua
mengira, wah anak saya manis betul, anteng. Masalah baru muncul ketika
anak itu harus terjun ke dunia luar, ke sekolah, berkenalan dan bermain
dengan anak-anak lain. Bila si anak melihat permainan ia tidak tahu
harus berbuat apa. Nah, seorang guru harus sensitif dan langsung melihat
gejala ini, namun lebih baik lagi bila orang tua sendiri yang
melihatnya.
Sekolah biasa lebih baik
Karena
jalur sekolah luar biasa mendorong si anak di jalur khusus, dengan
demikian berbagai kemungkinan sudah tertutup bagi si anak itu. Padahal
belum tentu ia tidak mampu. Masa depan baik! Itulah yang ingin
ditawarkan pada setiap murid.
Di Belanda ada sistem angka, sesuai
kesulitan atau beban pekerjaan bagi para guru yang berkaitan dengan
anggaran belanja sekolah. Beban pekerjaan menentukan jumlah anggaran
untuk sekolah itu. Makin tinggi beban pekerjaan makin tinggi pula
anggarannya. Dengan anggaran tambahan, sekolah bisa mempekerjakan tenaga
tambahan atau tenaga guru khusus untuk memberi bimbingan tambahan.
Yang dibutuhkan seorang autist
Anak autist butuh struktur jelas, mereka harus tahu terlebih dulu apa
yang akan dilakukan dan kapan. Jadwal yang pasti, tidak berubah-ubah.
Mereka juga akan bingung bila mendengar ucapan sinis. Itu adalah hal-hal
yang harus disadari oleh guru dan juga teman-teman si murid itu.
Misalnya
ulangan dapat angka 3 kemudian dikatakan: “Hebat kamu” sambil
mengacungkan jempol, tapi mencibir. Hal itu membingungkannya. Dia tidak
mengerti. Membaca mimik wajah sulit bagi seorang autist. Hal-hal semacam
itu yang harus disadari.
Juga orang dewasa
Autisme bukan gejala
yang berlalu, berarti banyak pula orang dewasa yang autist. Marjolijn
Busman mengatakan: “Memang banyak orang autist, juga orang dewasa. Kami
sering melihat, pada saat anak didiagnonse autist orang tuanya mengenali
hal-hal tertentu si ayah”
Kebanyakan autist adalah laki-laki.
Pada saat anak didiagnose autistis, maka sering kali orang tuanya
mengenali sesuatu pada diri mereka. Keganjilan pada anak yang ditemukan
itu menjelaskan berbagai hal pada orang tuannya. Tidak jarang pasangan
mulai menyadari penyebab hubungan suami istri tidak harmonis, ternyata
karena si suami itu seorang autist.
Keluhan yang paling sering
terdengar adalah istri mengeluh suaminya tidak punya emosi, kurang
perasaan. Memang, jelas Marjolein, sering laki-laki disebut kurang
perasaan, tapi pria autis dengan pria biasa jauh berbeda.
Sumber : http://www.rnw.nl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar